Beberapa hari terakhir ini saya melihat di TV mengenai “kehebatan” orang Indonesia dalam memalsu barang. Ada madu, oli, uang, dan masih banyak barang lainnya. Secara teknik orang Indonesia hebat karena hasil barang yang dipalsu tidak mudah ketahuan secara langsung. Perlu pengujian lanjut untuk mengetahui apakah sebuah benda ini palsu atau asli.
Masalahnya orang Indonesia cenderung memperjelek barang yang ditirunya. Misalkan pada kasus madu palsu. Madu palsu buatan orang Indonesia pasti lebih jelek dari madu asli. Kalau “beruntung”, barang palsu itu tidak memliki manfaat barang asli tapi tidak mengakibatkan bencana juga / tidak berbahaya. Kalau tidak “beruntung” ya tentu saja barang palsu itu berbahaya.
Bagiamana dengan di luar negeri? Orang luar negeri kalau memalsu barang itu seperti ini. Misalkan contoh laptop. Mereka mempreteli laptop terkenal. Mereka ingin meniru kelebihan dari laptop merek terkenal itu. Tapi kemudian mereka menemukan bahwa ada sebuah masalah di laptop terkenal ini. Maka mereka senang. Ini adalah senjata promosi. Tentu saja mereka yang ingin meniru laptop harus bisa memperbaiki masalah laptop terkenal itu. Hasilnya ketika sebuah brand luar negeri baru muncul, mereka bisa dengan cepat seterkenal dengan brand lama.
Kalau orang luar negeri ingin membuat madu palsu, mereka pasti mikir lama. Mereka malu ketahuan malsu versi orang Indonesia. Karena itu mereka membuat minuman yang mengandung madu, mungkin ditambah vitamin, dll. Semua itu dilakukan dengan research / penelitian. Padahal ide awal sama-sama ingin membuat minuman madu palsu. Orang Indonesia membuat minimuman yang benar-benar seperti madu asli tapi palsu. Orang luar negeri membuat minuman yang mengandung madu yang telah di R & D secara teliti.
Hasilnya adalah tentu saja banyak handphone-handphone palsu tiruan buatan Indonesia tidak bagus. Mengapa? Karena mereka tidak ada R & D. Kok tahu? Karena kalau kita ada R & D, kita pasti membuat produk yang tidak terus-terusan meniru / sama dengan merek lain, TAPI MEMBUAT YANG LEBIH BAIK! Beberapa perusahaan laptop besarpun banyak yang males melakukan R & D dalam membuat laptop. Mereka cuma membuat spek, lalu dikirimkan ke pabrik khusus untuk membuat white laptop. Setelah laptop pesanan mereka jadi, mereka R & D sedikit pada hardware.
Nah ini lah beda lagi. Perusahaan laptop Indonesia pasti langsung memasarkan hardware tadi. Cuma diberi driver asal-asalan dan tidak pernah diupdate. Perusahaan laptop international, akan menghabiskan R & D beberapa bulan dulu untuk masalah software. Lebih-lebih terhadap segmentasi laptop kelas bisnis. saya sudah pernah mengecek website laptop merek-merek lokal dan hasilnya 99% mengecewakan. Driver tidak ada. Kalaupun ada driver outdated / kadarluarsa.
Padahal driver itu baru level yang paling simple / sederhana. Bagaimana perusahaan itu bisa membuat laptop mereka cocok untuk dipakai bisnis di perusahaan sekala besar? Tidak mungkin bisa! Admin IT perusahaan besar memerlukan laptop yang memiliki fitur management IT. Semacam v-PRO dari Intel. Sedangkan perusahaan laptop Indonesia pasti ogah-ogahan membuat R & D agar laptop mereka mengoptimalkan v-PRO (mendukung itu level rendah, mengoptimalkan baru OK).
Contoh lain di film apa ya lupa. Ada teknologi untuk mengahapus memori tertentu dari pikiran manusia. Si toko utama ini kerjanya ya mengamati barang milik kompetitor LALU MEMBUAT BARANG YANG LEBIH BAIK! Setelah tugasnya selesai maka dia akan dihapus pikiran bagian membuat barang dan mendapatkan uang. Microsoft berusaha meniru Adobe Flash dengan Silversight. Mereka juga meniru Adobe PDF dengan XPS. Lebih lama jaman dulu lagi, Microsoft berusaha membuat Windows NT untuk mengantikan IBM OS2 Warp. Lalu Internet Explorer untuk Netscape. Apakah berhasil? Ya sudah pasti. Bahkan barang-barang tiruan itu banyak yang sekarang lebih bagus dari barang yang ditiru.
Cara tercepat dan termudah untuk meniru yang baik adalah beli perusahaan yang ingin kamu tiru. Hal ini dilakukan Google. Mereka kebanyakan kalau membutuhkan sesuatu tinggal lihat apa yang terkenal kemudian dibeli. Contoh waktu Google membutuhkan layanan blog, mereka membeli Blogspot. Waktu membutuhkan layanan video, mereka membeli Youtube. Yang lebih lama lagi, dulu mereka ingin meniru kesuksesan Yahoo! Waktu telah membuktikan bahwa barang tiruan ini (Google) akhirnya lebih hebat dari barang yang ditiru (Yahoo!). Karena itu jangalah mau meniru yang lebih buruk. Dalam persaingan bisnis juga begitu. Kompetitor membuat strategi yang bagus. Kita analisa strategi mereka. Buat yang penyempurnaan dari strategi itu.
Kesimpulannya, KALAU MAU MEMALSU BARANG BUATLAH YANG SAMA BAIKNYA. LALU BERIKUTNYA BUATLAH YANG LEBIH BAIK!
No comments:
Post a Comment