Sebuah wacana yang mungkin menarik bagi anda yang mencermati kehidupan kita sehari-hari.
Mengapa sih, ketika orang bicara makan ketika di mobil, harus berkata McD? Bukan warung kecil di seberang sana? Atau warung tegal di seberang sana?
Mengapa sih, ketika kita lapar di tengah malam, jawabnya delivery McD saja? Bukan masak telur saja?
Mengapa sih, pesta ulang tahun anak-anak bisa di McD? Kenapa bukan di warung sebelah?
Mengapa sih, kalau beli es krim ketika di mall, yang murah meriah, jawabannya McD? Kenapa bukan es Campina di salah satu supermarketnya?
Mengapa sih, kalau makan 5000an, jawabannya McD? Bukan nasi
goreng bang amat, yang justru lebih ber"isi" daripada seonggok burger sapi (Tidak beriklan)?
Perlu anda ketahui, bahwa sebenarnya otak orang-orang yang berkata demikian adalah orang yang sudah terdoktrin oleh iklan McD. Iklan, adalah salah satu sarana yang dapat merasuki ke otak anda mengenai apa yang diiklankan. OK, Anda tahu McD darimana? Jalanan? Tentu saja, papan iklannya besar. Anda lihat TV, ingin delivery? Tentu saja, McD juga mengiklan di TV.
Tetapi apakah anda pernah tahu, harga sebuah McDonald tidaklah mahal, namun "NILAI"nya sangat-sangat rendah. Kenapa demikian. Nilai dan harga tidaklah sama. Mungkin saja foto saya tidak berharga, namun bernilai bagi saya. Itulah beda dan nilai.
Apakah karena situasi "dingin dan "sejuk" ini?
Anda mungkin punya selusin celana dalam bekas Erik Clapton (Sengaja typo), yang bagi teman-teman cowok saya ogah sekali meskipun dikasih. Bagi saya? Bernilai sekali, itu celana dalam Erik Clapton !!!!
Nah, harga 2 buah ayam dan seonggok nasi beserta segelas Fanta, menurut saya, tidak lebih dari Rp. 10.000. Namun, paket tersebut dijual dengan harga Rp. 28.000. Kemanakah Rp. 18.000 nya? Ya, ke iklan, pajak iklan, pembuat iklan, serta royalty franchise.
Yang untung siapa? Yang pasti bukan kita la yauw. Saya tidak mengungkit ke-junk-food-an McD, namun, saya melihat saja "NILAI"nya. Pantaskah? Menurut saya tidak pantas.
Seonggok nasi pecel dengan harga Rp. 5.000, jauh lebih pantas daripada dua buah ayam dan seonggok nasi. Jadi, ini adalah masalah nilai, bukan harga. Apabila anda membuang anda untuk barang yang "NILAI"nya rendah, tetapi "HARGA"nya tinggi, berarti anda menghargai keringat anda dengan "NILAI" rendah, karena anda menukar keringat anda dengan barang ber"NILAI" rendah pula.
Saya yakin, disini sangat banyak yang menghargai keringatnya. Wow, sadistic, tapi begitulah nyatanya. Bahkan, bukan GDP yang bertambah jika anda membeli produk luar negeri, melainkan orang luarlah yang menikmati keringat anda. Mereka ongkang-ongkang kaki, anda menukar keringat anda dengan ayam-ayamnya, bukankah demikian kasarnya?
Memang, jika semua orang seperti apa yang saya katakan, maka McD akan sangat menjamur. Apabila semua orang seperti saya, sangat menghargai "NILAI" uang, maka McDonald dipastikan akan collaps di Indonesia, termasuk karyawan-karyannya kehilangan pekerjaan.
Wacana singkat dari saya, semoga anda bisa lebih menghargai "NILAI" uang, bukan "HARGA" uang.
No comments:
Post a Comment