Anda semua pasti sudah tahu mengenai bank-bank nasional yang satu demi satu hilang dari peredaran namanya, mulai dari Bank Buana, Bank NISP, Bank Niaga, dan yang paling baru ini sepertinya bank Ekonomi.
Kesemua bank-bank yang telah saya sebutkan dan sudah lama bercokol di hati saya, sekarang telah berubah nama, alias sahamnya telah berpindah tangan, entah sebagian ataupun seluruhnya.
Dalam setiap RUPSLB setelah merger atau akuisisi dilakukan, perubahan nama selalu terjadi, baik sebagian atau seluruh, misalnya:
- Bank Buana menjadi UOB Buana
- Bank NISP menjadi OCBC NISP
- Bank Niaga & Bank Lippo menjadi CIMB Niaga
- Bank Ekonomi di akuisisi HSBC
Mengapa sih harus berubah nama? Hal itu sama sekali tidak terlepas dari “BRANDED” yang tertanam di setiap otak manusia Indonesia. Sejak dulu, manusia Indonesia sangatlah branded, tidak menyukai produk dalam negeri, dan cenderung suka dengan nama-nama berbau asing? Tidak percaya?????? Masihkah tidak percaya????
Sebut krisis 1998 lalu, bank apakah yang anda percaya untuk menyimpankan uang anda? Standard Chartered, HSBC, dan bank-bank berbau asing lainnya bukan? Beranikah anda menaruhnya di bank lokal? Tidak berani tentu saja, siapa yang berani selain saya, karena uang saya memang sedikit
Bank Niaga yang telah lama berkiprah di dunia perbankan dan cukup terkenal dengan layanan kustodian, telah berubah menjadi CIMB Niaga. Apakah ada hal yang berbeda ketika nama tersebut berubah? 90% manusia Indonesia pasti merasakan bedanya bukan?
Branded, adalah hal yang berbahaya, seperti pedang bermata dua. Tidak semuanya branded itu bagus, ambil contoh saja Lehman Brothers, aduh pahit deh ceritanya. Tidak akan dibahas lebih lanjut. Dan bukan berarti, barang branded tidak ada yang bagus.
Hanya saja, Branded dapat memberikan “ketenangan” anda. Misalkan, celana Bali dengan harga Rp. 20.000, pasti akan anda katakan bagus jika dijual di sebuah toko branded dengan Harga Rp. 250.000 bukan? Dan sebuah barang branded, sebut QuickSilver seharga Rp. 500.000, akan tidak berarti di mata anda atau menjadi “SANGAT MAHAL”, jika dijual di pasar tradisional dengan harga Rp. 400.000 bukan?
No Branded, dalam hal ini saya sangat tertarik dengan judul blog saudara No Branded, yang cukup memberi saya sedikit inspirasi dalam menulis artikel ini. No Branded, but choose the best. The best is not always branded. Mau contoh? Duh ngga habis deh…
No comments:
Post a Comment