Maaf, meskipun saya tidak bisa membuktikan dengan cara merekam pembicaraan yang terjadi di radio Suara Surabaya, namun cukup merahlah telingaku mendengar kritikan yang berbau etnik.
Seorang ibu menelepon Suara Surabaya, sekitar 17:10, tanggal 17 Agustus 2009. Begini inti pembicaraan tersebut, tanpa ada maksud mengurangi atau menambahi:
Ibu tersebut berkeluh kesah dan dengan nada yang kecewa sangat mendalam, karena ibu itu melewati Graha Family, namun bendera yang terlihat hanya 1 meteran. Ada pula rumah yang besar, namun benderanya kusut. Masak “kaya” gitu ngga bisa beli bendera.
Biarpun bukan pribumi, namun kan juga cari nafkah disini, mana rasa nasionalismenya?
Begitulah kira-kira intinya, tanpa ada maksud mengurangi dan menambah bumbu.
Maaf sebelumnya, saya penduduk Indonesia non-pribumi, juga bukan penduduk CBU (Completely Built Up) seperti KIA Picanto. Saya non-pribumi yang CKD (Completely Knock Down) alias dirakit di Indonesia, namun rasa nasionalisme saya, setidaknya tidak kalah dengan yang pribumi.
Kenapa tanpa berpikir lebih lanjut, ibu tersebut hanya bisa berkeluh kesah demikian? Aduh Ibu, apakah anda berpikir bahwa saya telah memasang bendera jauh-jauh sebelum 17-an?
Tidak semua orang non-pri itu demikian bu. Jangan rasis-lah. Pahami situasi dan kondisinya. Mungkin saja itu rumah tidak ada yang ngurus, karena tidak sedikit penduduk Graha Family adalah orang-orang luar yang datang ke Surabaya hanya 1-2 bulan sekali. Tidak menutup kemungkinan bukan? Ingat, di negara kita mengenal azas praduga tak bersalah, dimana Ibu telah melanggar azas tersebut. Sebelum menuduh lebih lanjut, tanyalah Saptam terdekat, jangan asal tuduh. Inilah sumber kehancuran bangsa Indonesia yang pluralistik.
Marilah, kita tidak asal menuduh etnis, ras, golongan. Nasionalisme harus tetap kita jaga. Bukan berarti kita non-pribumi, maka tidak punya nasionalisme. Bahkan sejak kecil, saya bisa berbahasa Jawa dengan baik, “ngalah-ngalahi” yang pribumi loh bu kadang-kadang.
Marilah, kita jaga sehingga Indonesia bersatu, no SARA. Selamat Hari Merdeka !!! 17 Agustus 2009
NB : Saya bukan penduduk “Graha Family” seperti yang ibu maksud. Saya hanyalah seorang warga Negara Indonesia yang cinta akan negeri dan bangsa ini.
No comments:
Post a Comment